RichDad Poor Dad is a 1997 book written by Robert T. Kiyosaki and Sharon Lechter.It advocates the importance of financial literacy (financial education), financial independence and building wealth through investing in assets, real estate investing, starting and owning businesses, as well as increasing one's financial intelligence (financial IQ).. Rich Dad Poor Dad is written in the style of a
Pernahkah kamu mendengar nasihat, “Kalau mau sukses dan jadi orang kaya, harus belajar yang rajin agar bisa diterima di universitas bagus supaya mudah bekerja”? Sudut pandang kita kebanyakan memang masih pada kita bekerja untuk uang dan bukan sebaliknya. Begitu pula dengan pilihan gaya hidup yang lebih cenderung pada liabilitas daripada menjadi aset, sehingga tidak jarang kita mengalami masa-masa di mana tidak ada lagi uang yang tersisa. Ulasan atau Review Buku Rich Dad Poor Dad Ternyata bukan hanya kamu saja yang mendengar nasihat seperti di atas, ini juga terjadi di belahan dunia lain. Robert Kiyosaki, penulis buku Rich Dad Poor Dad ini menuliskan pengalamannya tentang pandangan dua orang ayahnya, di mana yang satunya kaya dan yang satunya lagi miskin. Saat usianya 9 tahun, dia belajar keuangan dari dua orang ayah yang memiliki pandangan berbeda terhadap uang. Ayah yang satu menganggap kalau “kecintaan terhadap uang adalah sumber kejahatan”, sementara ayah yang satu lagi berkata, “kesulitan uang adalah sumber kejahatan.” Ayah yang satu adalah ayah kandungnya, merupakan seseorang terpelajar dan lulusan universitas elit yang sangat sukses di pekerjaannya. Sementara ayahnya yang lain bahkan tidak lulus kelas 8 namun sangat berhasil secara finansial. Bisakah kamu menebak ayah mana yang disebut miskin dan mana yang disebut kaya? Ayah yang miskin adalah ayah kandungnya. Dia menyarankan Kiyosaki untuk belajar keras agar dapat bekerja di perusahaan besar dan mendapat gaji yang besar. Ayah yang kaya adalah yang bahkan tidak menempuh pendidikan lanjutan. Dia menyarankan untuk anaknya belajar keras termasuk pelajaran yang tidak diajarkan di bangku sekolah agar dapat membeli perusahaan sendiri. Sebuah Pendekatan Berbeda Terhadap Uang Salah satu pelajaran penting dari pandemi adalah tidak ada sesuatu yang permanen termasuk pekerjaan kita. Kita melihat banyak yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan karena penyesuaian jam kerja. Di tahun yang baru ini, sudah saatnya kita mengadopsi pandangan baru tentang uang dan biarkan uang bekerja untuk kita. Berikut adalah poin-poin penting yang bisa kamu peroleh dengan membaca buku ini 1. Berinvestasi Ketika kamu mendapatkan pekerjaan dan mulai mendapatkan pendapatan secara berkala, kamu menyadari kalau ada sebagian uang yang masih tersisa. Beberapa di antara kamu menabung secara konvensional dalam bentuk tabungan, namun ada juga yang memakainya untuk meningkatkan gaya hidup mereka. Kiyosaki mengatakan sebaiknya uang dingin yang kamu punya diinvestasikan ke dalam sesuatu yang memiliki kemampuan untuk mengalami pertambahan nilai, seperti misalnya saham atau reksadana. Jika kamu memilih tingkat risiko saham atau reksa dana yang tinggi, kemungkinan untuk rugi juga besar tapi kamu juga punya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Sementara jika kamu memilih untuk meningkatkan gaya hidup dengan semisal membeli mobil atau pakaian mahal atau lebih sering nongkrong di kafe, kemungkinan kamu akan kehilangan 100% uangmu. Bedakan antara aset dan liabilitas. Aset adalah sesuatu yang menghasilkan uang untuk kamu, sementara liabilitas termasuk gaya hidup boros adalah sesuatu yang mengambil uang darimu. 2. Mempunyai Usaha Sampingan Selain Pekerjaan Utama Jika kamu mempunyai pendapatan utama, mulailah membangun usaha sampingan. Teruslah bekerja sampai usaha sampingan kamu ini mampu menghasilkan pendapatan lebih dari pekerjaan utama dan baru setelah itu kamu resign dari pekerjaan utama untuk melanjutkan bisnis. 3. Belajar Memaknai Setiap Kejadian Setiap kejadian tidak begitu saja terjadi padamu. Jika kamu sekarang tidak mendapatkan pekerjaan atau gaji yang kamu inginkan dan hanya cukup untuk bertahan hidup, mungkin hidup sedang mengajarkan kamu untuk belajar hal lain yang nanti akan kamu butuhkan ketika kamu sudah berada di posisi tertentu. Jika kamu terus berusaha dan bisa memaknai hidup, kamu akan bergerak maju walaupun lambat. 4. Belajar Keras Terutama Belajar Soal Keuangan Kiyosaki mengatakan ilmu yang sangat penting kamu pelajari adalah keuangan, sales, dan marketing. Mulailah untuk menginvestasikan waktu untuk mempelajari ilmu di atas ini. Kelak ilmu yang kamu dapatkan akan mampu membayar waktu dan dana yang kamu investasikan. 5. Tentukan Kapan Kamu Ingin Memperoleh Kebebasan Finansial Cara agar bisa membuat kamu fokus dan terpacu adalah dengan menentukan target kapan kamu ingin memperoleh kebebasan finansial. Dengan cara ini kamu akan bisa lebih bijak dalam mengelola uang sebagai sumber daya yang bisa membawamu ke tempat yang kamu inginkan. Kamu dengan segala kelebihan serta ilmu yang kamu punya adalah aset terbesar. Jadi jangan ragu lagu untuk mulai sekarang juga! Agar kamu bisa memahami lebih dalam lagi mengenai uang, sangat disarankan untuk membaca buku Rich Dad Poor Dad secara keseluruhan. Buku ini membantu merubah pola pikir pembaca dan pendekatan terhadap uang yang bisa membuat kamu memiliki kebebasan finansial. Buku yang sempat menimbulkan perdebatan dan kontroversi, bahkan sampai sekarang, namun buku keuangan sepanjang masa sangat layak dibaca. Jadi jangan ragu dan menunggu lebih lama lagi untuk mengubah hidupmu, dapatkan segera buku ini di Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Dapatkan Diskonnya! Selamat Merubah Hidup!

ReviewBuku Rich Dad Poor Dad Tomi Saputra May 07, 2022. Prolog. Kalau kita ditanya mau gak jadi kaya? dengan semangat berkobar kita bakal jawab "iya mau lah!". Tapi apakah selama ini kita udah tau ilmu yang dipelajari oleh kebanyakan orang kaya? yup, jawabannya ya belum tentu. Penasaran seperti apa ilmu yang aku dapatkan dari buku ini? yuk

Judul Rich Dad, Poor Dad - Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang - yang Tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah! Penulis Robert T. Kiyosaki Bahasa Asli American English Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo Penyelaras isi Fajarianto Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Percetakan PT Centro Inti Media, Jakarta Lisensi Rich Dad Operating Company, LLC. Edisi Indonesia Revisi Cetakan ke- 50 ISBN 978-602-03-3317-5 Resensator Bintang Mahayana Tahun resensi 2019 TENTANG PENULIS Robert Kiyosaki, yang paling dikenal sebagai penulis Rich Dad Poor Dad - buku pengelolaan keuangan nomor satu sepanjang masa - telah menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dia adalah seorang keturunan Jepang yang berkebangsaan Amerika Serikat. Dia seorang wirausaha, pendidik, dan investor yang yakin bahwa dunia membutuhkan lebih banyak pengusaha yang akan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan perspektif terhadap uang dan investasi yang kerap berseberangan dengan pemahaman konvensional, Robert mendapat reputasi internasional atas sikapnya yang bicara lantang dan berani tanpa bertele-tele. Robert dan Kim Kiyosaki - istrinya, adalah pendiri The Rich Dad Company, perusahaan pendidikan keuangan serta pencipta permainan CASHFLOW. Pada 2014, perusahaan itu semakin meningkatkan kesuksesan global dari permainan Rich Dad dalam peluncuran terobosan mobile dan online gaming baru. BAGIAN-BAGIAN BUKU Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu Pendahuluan, Isi, dan Penutup Cashflow Quadrant. Pada bagian awal buku, penulis lebih banyak membawa pembaca dalam gaya penulisan naratif di mana penulis mengajak pembaca untuk kembali ke masa lampau saat penulis berusia sembilan tahun. Pendahuluan Ayah Kaya, Ayah Miskin Analogi perbandingan dua karakter ayah dengan menyebut "Ayah Kaya" dan "Ayah Miskin" merupakan diksi yang cukup berani. Penulis menggambarkan dua sosok "ayahnya" yang mana Ayah Kaya merupakan ayah sahabatnya, Mike sedangkan Ayah Miskin adalah ayah kandungnya sendiri. Penulis berusaha membandingkan pola pikir keduanya. Sebagaimana yang dituliskan dalam buku tersebut "Bukannya semata menerima yang satu atau menolak yang lain, saya mendapati diri berpikir lebih jauh, membandingkan, lalu memilih untuk diri saya sendiri." Penggunaan kata "kaya" dan "miskin" sejujurnya tidak seharfiah kelihatannya karena pada kalimat selanjutnya penulis mengatakan " Masalahnya Ayah Kaya belum sungguh-sungguh kaya dan Ayah Miskin tidak sungguh-sungguh miskin. Keduanya baru merintis karir dan keduanya mengalami pergulatan dalam hal uang dan keluarga. Namun mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang." Kunci memahami bagian ini adalah pada kalimat terakhir pada kutipan tersebut yaitu mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang. Bahwa penulis berusaha membandingkan bagaimana cara Ayah Kaya dan Ayah Miskin masing-masing memandang uang. Perspektif tentang uang itulah yang menjadi pembeda dasar dan utama bagi keduanya. ISI Bab Satu Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka. Kutipan pada awal Bab ini cukup kontroversial. Kalimat tersebut apabila ditelan mentah-mentah akan sangat mungkin menghadirkan perspektif yang rancu antara "uang itu tidak penting" atau "menjadi orang kaya yang tamak". Namun, penulis mengemas dalam alur naratif sederhana. Mengisahkan dua anak umur sembilan tahun yang ingin tahu bagaimana caranya menghasilkan uang. Mereka ingin menjadi kaya karena mereka dianggap miskin oleh teman-temannya di sekolah. Kepolosan mereka membuat mereka berpikir bahwa menghasilkan uang sama dengan mencetak uang sendiri. Secara logika memang tidak salah. Namun, secara hukum tindakan tersebut ilegal. Pada bagian ini, penulis menyelipkan sensasi humor ringan bagi pembaca yang mudah dipahami. Namun, nilai membangun kemitraan yang beliau analogikan dengan kerja sama dua anak sembilan tahun yang menyebut dirinya "partner bisnis" merupakan bagian yang sarat akan pesan bermakna, bahwa relasi itu penting. Penulis juga menceritakan bagaimana Ayah Kaya berusaha mengajarkan dia dan sahabatnya tentang uang dengan caranya. Alur cerita yang sulit ditebak dan membuat siapa saja yang penasaran akan melanjutkan membaca untuk mengetahui apa yang selanjutnya dilakukan Ayah Kaya dalam mendidik dia dan Mike tentang uang. Namun, bagi mereka yang sedari awal menganggap narasi tersebut seperti bualan belaka, akan berhenti membaca sampai di sini. Bagian yang cukup menggelitik di sini adalah ketika mereka berdua bekerja pada Ayah Kaya yang awalnya hanya dibayar sepuluh sen per jam, justru tidak dibayar sama sekali. Robert yang saat itu berusia 9 tahun menjadi sangat marag pada Ayah Kaya karena dia merasa seharusnya Ayah Kaya menaikkan upah mereka berdua. Hingga pada suatu ketika jawaban Ayah Kaya memberi pelajaran berharga bagi Robert. Kebanyakan orang tidak mempelajari hal ini. Mereka bekerja, menerima gaji, membayar pengeluaran, itu saja. Lalu mereka bertanya-tanya kenapa mereka mempunyai masalah keuangan. Mereka mengira uang yang lebih banyak akan memecahkan masalah, dan tidak menyadari bahwa kurangnya pendidikan keuangan merekalah yang jadi masalah. Kutipan Bab 1 di atas cukup menyentil banyak orang karena pada kenyataannya, hal tersebut adalah hal umum yang nyaris dilakukan oleh kebanyakan orang. Pada bagian yang menyoroti bahwa "Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang," sesungguhnya pesan yang ingin penulis sampaikan adalah bagaimana mental Orang Kaya menggunakan pikiran mereka untuk mensugesti diri. Dibuktikan dengan pembandingan dua pola pikir yang berbeda antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin. Alih-alih mengatakan "Saya tidak mampu membelinya" sebagaimana yang dikatakan oleh Orang Miskin, Orang Kaya akan bertanya "Bagaimana agar saya dapat membelinya?". Semata bukan karena kita harus membeli apa yang kita inginkan. Namun, membuat pikiran kita bekerja dan tidak berhenti sampai di situ. Orang Kaya tidak bekerja untuk uang, tetapi mereka benar-benar "menghasilkan uang". Bab Dua Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mendalami apa sesungguhnya melek keuangan dan mengapa pengetahuan ini penting. Mengajak pembaca melihat pentingnya melihat kondisi keuangan dalam jangka panjang. Pada halaman ke-51 beliau menuliskan kebanyakan orang tidak bisa menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini bukanlah berapa banyak uang yang dihasilkannya. Yang penting adalah berapa banyak uang yang disimpan. Lalu pada akhir bab ditambahkan ....pada jangka panjang bukan berapa banyak yang mereka hasilkan yang penting. Yang penting adalah berapa banyak yang mereka simpan, dan untuk berapa generasi. Untuk itu, pada bagian selanjutnya dalam bab ini, penulis mengajak pembaca untuk melek terhadap perbedaan aset dan liabilitas. Orang kaya membangun aset. Orang miskin dan kelas menengah membangun liabilitas, tapi mereka mengira itu aset. Pada kutipan di atas, lagi-lagi penulis menantang pemahaman konvensional perihal “aset” dan “liabilitas”. Penulis menerangkan berbagai macam studi kasus untuk membuktikan mengapa kebanyakan orang menganggap liabilitas sebagai aset. Studi kasus ini pun diterangkan secara sederhana melalui simulasi kehidupan sehari-hari serta diagram arus kas cashflow yang membedakan arus kas orang kaya dan arus kas orang miskin dan kelas menengah. Secara sederhana, penulis menggambarkan bahwa orang kaya yang terus membangun kolom aset akan menambah pemasukan terhadap kolom penghasilan mereka. Sedangkan orang miskin dan kelas menengah yang membangun liabilitas yang mereka kira aset, sesungguhnya hanya akan terus keluar melalui kolom pengeluaran mereka saja. Pada halaman 65, penulis menuliskan uang yang lebih banyak jarang bisa menyelesaikan masalah keuangan seseorang. Kecerdasanlah yang memecahkan masalah. Di sini penulis mencoba menggali alasan logis mengapa melek keuangan itu penting. Karena, kecerdasan keuangan lah yang akan sangat memengaruhi pertimbangan kita dalam menentukan arus kas. Sebagaimana yang diilustrasikan dalam diagram, hal ini menjadi perbedaan mendasar antara orang kaya dan orang miskin dan kelas menengah. Salah satu contoh menarik dalam kehidupan sehari-hari yang beliau angkat, yaitu “Banyak masalah keuangan yang besar disebabkan oleh orang berusaha mengimbangi tetangganya. Kadang kita semua perlu bercermin dan bersikap jujur pada kebijaksanaan batin kita ketimbang pada rasa takut kita.” Bagi kebanyakan orang, kalimat ini cenderung ofensif karena sejujurnya itu adalah fakta, kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Penulis menyampaikan gagasan ini lagi-lagi dengan narasi untuk mendukung gagasan beliau bahwa uang punya cara untuk membuat setiap keputusan bersifat emosional. Bab Tiga Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Bab ini bukan lagi menyentil realita kebanyakan orang, tetapi benar-benar menyerang pada bagian judul "Uruslah Bisnis Anda Sendiri." Penulis menyebutkan bahwa pergumuln keuangan seringkali merupakan hasil langsung dari orang yang seumur hidup bekerja untuk orang lain. Banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka. Kalimat tersebut tentu terkesan judgemental bagi orang yang merasa dialah subjek yang dibicarakan serta orang yang hanya berhenti membaca sampai pada kalimat itu tanpa menganalisa lebih jauh. Padahal, intinya penulis ingin menyampaikan poin-poin penting berikutnya, yaitu bahwa bila kita terus bekerja pada orang lain maka fokus kita adalah upah dan kolom penghasilan seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya. Orang kaya berfokus pada kolom aset, sementara orang lain berfokus pada laporan penghasilan. Pada kalimat banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka, sesungguhnya penulis ingin merujuk pada poin bahwa kita sebaiknya membangun aset bagi kita dan anak-anak kita nanti. Dengan kata lain, bila kita hanya bekerja pada orang lain, maka tidak ada yang bisa kita wariskan bagi anak-anak kita nanti sebagai "hasil usaha". Oleh karena itu penulis menyebutkan Dalam dunia saya, aset riil terbagi menjadi beberapa katagori yang berbeda 1. Bisnis yang tidak menuntut kehadiran saya. Saya memilikinya, tapi bisnis itu dikelola atau dijalankan oleh orang lain. Jika saya harus bekerja di sana, itu bukan bisnis. Itu menjadi pekerjaan saya. 2. Saham 3. Obligasi 4. Real estat yang mendatangkan penghasilan 5. Surat utang 6. Royalti dari properti intelektual seperti musik, naskah, dan paten. 7. Segala sesuatu yang memiliki nilai, mendatangkan penghasilan atau pertambahan nilai, serta mempunyai pasar yang siap. Pada akhir bab ini, penulis pun memberikan gambaran bahwa menjalankan bisnis bukan berarti menjatuhkan diri sepenuhnya pada risiko. Sebagaimana yang tertulis dalam kutipan Ayah Kaya Saya tetap bekerja, tapi masih mengurusi bisnis saya. Selain itu, penulis juga memberikan narasi lugas mengenai bagaimana caranya mendapatkan mobil dengan memanfaatkan kecerdasan keuangan, yaitu dengan menggunakan uang ekstra dari apartemen yang mereka sewakan. Bukan dengan kredit seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Bagian akhir ini sesungguhnya merupakan boomerang terhadap anggapan yang menentang pernyataan bahwa orang kaya fokus pada kolom aset dan bukan pada liabilitas. Bagi penulis, mobil tersebut bukanlah aset, melainkan liabilitas karena kepemilikannya akan menambah arus kas pada kolom pengeluaran. Namun, penulis menyiasati cara mendapatkannya lewat aset. Inilah yang penulis sebut "membuat uang bekerja untuk kita". Bab Empat Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Bab ini menghadirkan analogi yang lebih dalam lagi yaitu membandingkan antara birokrat pemerintah dengan kapitalis. Pengangkatan sisi kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup berani sekaligus sensitif. Sesuai judulnya, bab ini menjelaskan mengenai arus pajak. Tentang bagaimana orang kaya mengakali kaum intelektual. Pada halaman 93 dituliskan setelah pajak yang 'mengambil dari orang kaya' disahkan, kas mulai mengalir ke brankas pemerintah. Awalnya rakyat senang. Uang dibagikan ke pegawai pemerintah dan orang kaya. Uang itu diterima pegawai pemerintah dalam bentuk pekerjaan dan uang pensiun, serta diterima orang kaya lewat pabrik-pabrik mereka yang menerima kontrak pemerintah. Kalimat tersebut bisa diartikan dengan kata lain pegawai pemerintah hidup dari kekayaan orang kaya. Sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Sehingga, seolah memiliki unsur sinisme di dalamnya. Pada halaman 96, penulis menuliskan jika uang bekerja untuk Anda, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu. Lalu, dihadirkan istilah menarik perihal "berusaha mendaki tangga korporasi" yang kemudian dijelaskan pada kalimat setelahnya ....dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah. Kutipan-kutipan berbentuk kalimat kiasan tersebut mengandung unsur persuasif secara tersirat apabila dikorelasikan satu sama lain. Apabila diberikan parentheses atau tanda kurung maka, akan jadi seperti ini Jika uang di kolom aset bekerja untuk Anda menghasilkan sesuatu, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu mengurus bisnis Anda sendiri. Apabila hanya dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan gaji sebagai satu-satunya sumber penghasilan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah menjadi buruh dan terus memperkaya perusahaan. Dengan kata lain, penulis berusaha membandingkan dua kondisi tersebut, satu memiliki kolom aset yang siap menambah arus kas ke kolom penghasilan dan menghasilkan sesuatu, satu lagi hanya memiliki gaji pada kolom penghasilan maka, Anda akan terus bekerja untuk orang lain dan tidak mengurus bisnis Anda sendiri. Jelas diterangkan pada halaman 98, penulis membeberkan prinsip keuangannya serta mengedukasi pembaca mengenai hasil dari IQ keuangan yang dia peroleh. Uang saya bekerja keras untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang. Setiap dolar di kolom aset saya adalah karyawan yang hebat, bekerja keras untuk menciptakan lebih banyak karyawan dan membelikan atasannya sebuah mobil Porsche baru dengan uang yang belum dikenai pajak. Paragraf tersebut menunjukan bukti bahwa kecerdasan keuangan penulis membawanya menuju kebebasan keuangan. Kemudian, penulis menerangkan elemen-elemen yang membentuk IQ keuangan tersebut, yaitu Akuntansi, Investasi, Memahami pasar, dan Hukum. Bab Lima Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Seringkali di dunia nyata, bukan orang yang pintar yang unggul, tapi orang yang berani Awal bab ini dibuka dengan narasi pengalaman penulis menonton siaran TV tentang kisah Alexander Graham Bell ketika ia berusaha mematenkan penemuan besar terbarunya yaitu telepon. Kemudian, dihadirkan narasi kontradiktif yang mengikuti pada paragraf selanjutnya mengenai berita perampingan suatu perusahaan yang mengundang kemarahan para pekerja hingga ilustrasi detail bagaimana kemarahan itu ditunjukkan di depan kamera. Paragraf naratif perbandingan ini begitu kontradiktif yang pada intinya ingin menunjukkan sisi keberanian dan kegigihan Alexander Graham Bell ketika mendatangi perusahaan raksasa, Western Union yang berakhir dengan cemoohan dan kemarahan seorang manager berusia 45 tahun yang hadir membawa istri dan dua bayinya ke pabrik, memohon kepada petugas keamanan agar diizinkan bicara dengan pemilik agar mempertimbangkan kembali pemecatannya. Dapat disimpulkan, paragraf ini menunjukkan gagasan penulis selaras dengan kutipan pada awal bab ini dengan menunjukkan keberanian Alexander Graham Bell hingga ia mencetak sejarah mendirikan industri bernilai miliaran dollar, AT&T yang kontradiktif dengan ketakutan seorang manager akan kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, pada halaman 104, penulis menuliskan kutipan yang menjelaskan kondisi tersebut. Kita semua dianugerahi potensi yang luar biasa, dan kita semua dianugerahi karunia. Namun, satu hal yang menahan kita semua adalah keraguan diri pada tahap tertentu. Bukan kurangnya informasi teknis yang menahan kita, tapi lebih pada kurangnya keyakinan diri. Sebagian orang lebih terpengaruh daripada yang lain. Pengangkatan gagasan pada bab ini terkesan utopia bagi orang yang belum siap menerima gagasan untuk menjadi “berani.” Padahal pada bagian selanjutnya di halaman 109, penulis menerangkan bahwa “Orang kaya seringkali bersikap kreatif dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan.” Uniknya, gagasan ini dikaitkan lagi dengan “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang sedangkan orang kaya membuat uang bekerja untuk mereka.” Gagasan Orang Kaya adalah orang yang “menciptakan uang”, mengantar pada gagasan “uang tidaklah riil.” Semakin riil, uang itu menurut kalian, semakin keras kalian akan bekerja untuknya. Jika kalian bisa menangkap gagasan bahwa uang itu tidak riil, kalian akan lebih cepat menjadi kaya. Gagasan ini, jika hanya ditelaah satu sisi secara langsung tentu akan menghasilkan penolakkan dari pembaca. Padahal, maksud dari uang itu tidaklah riil adalah uang semata hanya alat tukar Sehingga, jika kita kembali ke beberapa bab sebelumnya, kita bisa telaah bagaimana keterbatasan uang mampu menjadikan seseorang menjadi kreatif dan menggunakan pikiran mereka untuk membuat uang tersebut “bekerja” untuk mereka. Satu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kita. Jika dilatih dengan baik, pikiran bisa menciptakan kekayaan yang luar biasa dalam waktu yang kelihatannya singkat. Pikiran yang tidak terlatih juga bisa menciptakan kemiskinan yang ekstrem, yang bisa menghancurkan keluarga selama bergenerasi-generasi. Gagasan yang cukup masuk akal mengenai IQ keuangan di atas. Dengan berbagai ilustrasi yang mengikutinya dan penulis sebut sebagai contoh. Penulis bersikap cukup demokratis terhadap pembaca dengan menuliskan saya tidak merekomendasikan apa yang saya lakukan. Contoh hanyalah contoh. Di satu sisi, kalimat ini menunjukkan keterbukaan penulis bahwa pembaca dapat menentukan sikap mereka sendiri dalam memahami dan menyimpulkan tulisan yang mereka baca. Namun, di sisi yang lain kalimat ini sangat mampu menguatkan gagasan sebagian pembaca bahwa apa yang penulis uraikan sejak awal tak lain adalah segenap cerita keberuntungan personal yang belum tentu bisa dialami oleh siapa saja. Hanya sebagian yang lain yang masih ingin melanjutkan membaca karena memaknai kalimat-kalimat penulis sebelumnya mengenai “hidup memberikan kita peluang setiap harinya” atau “satu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kita”. Peluang besar tidak dilihat dengan mata Anda. Peluang besar dilihat dengan pikiran Anda. Bab Enam Pelajaran Enam Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab “Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang” sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. “Kau ingin tahu sedikit tentang banyak hal” adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonald’s dengan menjual hamburger. “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonald’s menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?” Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonald’s sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan “Bekerja untuk Belajar” yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Tujuh Mengatasi Berbagai Hambatan Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab “Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang” sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. “Kau ingin tahu sedikit tentang banyak hal” adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonald’s dengan menjual hamburger. “Jadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonald’s menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?” Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonald’s sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan “Bekerja untuk Belajar” yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Delapan Memulai Pada bab ini, menarik dengan memilih judul yang singkat dan seolah menjawab segala keraguan yang dipikirkan oleh pembaca sejak pertama kali memutuskan untuk membaca buku ini, “Memulai.” Penulis sepenuhnya sadar bahwa seringkali ia ditanya “Bagaimana saya harus memulai?” dan bahasa yang dipilih untuk jawaban itu adalah saya menawarkan proses pemikiran yang saya jalani dari hari ke hari. Walaupun secara garis besar buku ini tampak tampil dengan persuasif yang tajam, selalu disipkan kalimat yang seolah menunjukkan keterbukaan dengan memberikan opsi bagi pembaca untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Seehingga, kata “menawarkan” lah yang dipilih bukan “menjelaskan” atau “menjawab” yang terkesan menggurui. Kemudian, inilah sepuluh langkah yang penulis tawarkan sembari menyentuh sisi spiritual pembaca agar mampu menjadi jembatan koneksi personal antara penulis dan pembaca dengan menuliskan sebagai berikut. Saya menawarkan sepuluh langkah berikut sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang diberikan Tuhan itu, kekuatan yang hanya bisa dikendalikan oleh Anda. 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi PENUTUP Pemikiran Akhir Dibuka dengan kalimat “Saya ingin berbagi pemikiran terakhir dengan Anda” menjadikan bagian penutup buku ini seolah salam perpisahan dari penulis kepada pembaca yang telah membaca sampai pada bagian ini. Namun, uniknya bagian penutup justru membawa kembali pada alasan buku ini hadir. Alasan utama saya menulis buku ini, dan alasan buku ini tetap menjadi buku laris sejak 2000, adalah untuk berbagi wawasan tentang bagaimana pertumbuhan kecerdasan keuangan bisa digunakan untuk memecahkan banyak masalah kehidupan yang umum. Dengan sisipan konten marketing di mana disebutkan mengenai permainan CASHFLOW sebagai salah materi kontradiktif dengan menyebutkan permainan yang kami ciptakan memiliki arti penting karena mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh buku. Kontradiktif di sini maksudnya adalah gagasan bahwa sejujurnya buku ini hanya sebagai pengantar tentang pengetahuan mengenai kecerdasan keuangan dan kegiatan belajar yang sesungguhnya adalah melalui permainan tersebut. Namun, bagian akhir dari bab ini dituliskan dengan cara yang menyentuh sisi personal pembaca. Anda dan masa depan anak-anak Anda ditentukan oleh pilihan yang Anda buat sekarangbukan besok. Saya mengharapkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi Anda, dalam anugerah menakjubkan yang disebut kehidupan ini. - Robert Kiyosaki REKOMENDASI Kesan keseluruhan terhadap buku ini adalah buku yang cukup berani membawa pikiran publik pembaca untuk menjadi Outliers - orang-orang yang berani keluar dari kebiasaan atau pandangan masyarakat konvensional. Sebuah karya non-fiksi yang dikemas dalam alur fiksi namun tidak fiktif, sehingga setiap bagiannya mampu menyentuh sisi personal yang mampu menghadirkan koneksi personal antara penulis dan pembaca. Namun, pengulangan berupa penekanan kebebasan pembaca untuk melanjutkan membaca atau tidak, seperti dua sisi koin. Satu sisi menunjukkan sikap demokratis penulis terhadap tanggapan dan pemikiran pembaca serta kepercayaan diri penulis bahwa pembaca justru akan semakin haus untuk mengetahui apa yang tertulis pada lembar-lembar selanjutnya sedangkan satu sisi lainnya seolah menunjukkan ketidakpercayaan penulis bahwa hingga pada tahap akhir pun masih ada pembaca yang tidak berminat melanjutkan untuk membaca. Lalu, apakah buku ini merupakan bacaan yang layak direkomendasikan? Jawabannya Ya dengan syarat, Anda sudah siap menghadapi pemikiran yang ekstrem, keluar dari konvensional, dan berani mengambil risiko. Jika Anda memilih untuk bermain aman, buku ini hanya akan menyakiti perasaan Anda dengan fakta-fakta yang dibeberkannya.
RobertKiyosaki is best known as the author of Rich Dad Poor Dad - the #1 personal finance book of all time - which has challenged and changed the way tens of millions of people around the world think about money. Rich Dad titles hold four of the top ten spots on Nielsen Bookscan List's Life-to-Date Sales from 2001-2008 alone.
Resensi Buku Rich Dad Poor Dad – Rich Dad Poor Dad merupakan buku yang ditulis oleh seorang penulis, perencana finansial, investor, dan pengusaha asal Amerika Serikat, yakni Robert T. Kiyosaki. Buku ini memaparkan mengenai pentingnya peka akan keuangan atau finansial di masa kini. Buku ini wajib dan layak dijadikan referensi bacaan sebab akan mengarahkan kita agar mencapai pada kebebasan finansial. Buku ini cenderung mengarahkan pada para pembacanya untuk mengubah pola pikir dan menciptakan sebuah kesadaran akan pentingnya peka pada finansial di zaman yang semakin canggih ini, kemudian membangin aset sedini mungkin. Dengan demikian, Robert mengajak para pembacanya agar berani berinvestasikan untuk memperoleh pemasukan pasif. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mencapai pada kebebasan finansial. Berangkat dari hal tersebut, muncullah jargon Biarkan uang yang bekerja untuk Anda’. Rich Dad Poor Dad Rich Dad Poor Dad dimulai dari cerita pengalaman pribadi sang penulis, Robert dalam kerja kerasnya menjadi seorang yang kaya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ia merupakan seorang penguasa, investor, penulis, dan perencana keuangan. Dalam usahanya tersebut, kedua ayahnya berperang dengan sangat kuat dalam memengaruhi pola pikirnya dalam memandang sebuah uang. Robert memiliki dua orang ayah yang memiliki pola pikir dan latar belakang yang berbeda pula. Dalam buku ini, ayah pertama disebut sebagai Poor Dad–yang tidak lain merupakan ayah kandungnya. Poor Dad menyandang gelar dan bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Akan tetapi, sayangnya mengalami kendala keuangan. Lain halnya dengan ayah kedua yang disapa Rich Dad, ia adalah ayah dari Mike–temannya Robert. Rich Dad tidak pernah menuntaskan pendidikan SMP, tetapi mempunyai usaha atau bisnis di bidang retail. Menariknya adalah kedua tokoh ayah ini mampu memvisualisasikan realitas yang terjadi di masyarakat. Rich Dad mewakilkan pola pikir orang kaya, sedangkan Poor Dad mengambil peran dari perspektif orang miskin dalam memandang uang. Rich Dad Poor Dad terbagi menjadi tiga bab, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Di bab pendahuluan, Robert membagi dua perspektif yang bertentangan akan masalah keuangan atau finansial. Ia memiliki dugaan ayah Mike yang bekerja sebagai seorang pengusaha menjadi Rich Dad, sementara ayahnya yang cerdas dianggap sebagai Poor Dad. Pembelajaran dari Rich Dad1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan3. Belajar mengenai Literasi Finansial4. Cerdas dalam Menilik Peluang5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi6. Orang Kaya Menghasilkan Uang7. Bekerja untuk Belajar8. Belajar mengenai MarketingMakna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor DadBuku Best Seller NovelArtikel Terkait Rekomendasi Novel Pembelajaran dari Rich Dad Pada bagian isi, terdapat beberapa pelajaran penting yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk lebih memperluas pemikiran kalian selaku pembaca. Apa saja? Berikut uraiannya. 1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang Poor Dad menjelaskan bahwa Robert harus belajar dengan giat serta meraih nilai tinggi di sekolah agar mampu memperoleh pekerjaan yang bagus dan bermutu. Seperti inilah cara kerja berpikirnya ayah Robert, layaknya orang-orang pada umumnya. Bekerja guna mendapatkan sebuah uang. Dalam hal tersebut, Rich Dad menyetujui bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Akan tetapi, hal yang lebih penting ialah bukan pada menghasilkan nilai tinggi, melainkan pelajaran yang didapatkan. Terdapat satu pelajaran krusial yang didapat dari ayah Mike, yaitu orang kaya tidak bekerja untuk memperoleh uang. Robert dan Mike meminta untuk diajarkan mengenai cara menjadi kaya oleh ayah Mike. Alhasil, Ayah dari Mike menyetujuinya, tetapi syaratnya mereka harus bekerja pada salah satu usaha milik ayah Mike dengan upah yang kecil. Singkat cerita, sesudah mereka bekerja selama kurang lebih 21 hari, Robert merasa kesal dan protes agar gaji atau upahnya dinaikkan. Namun, bukannya memperoleh kenaikan upah, ayah Mike justru memberikan tawaran pada Robert untuk tetap bekerja tanpa diupah sama sekali. Di situlah keduanya diuji dan belajar bekerja bukan untuk mendapatkan uang. Rich Dad tidak banyak mengoceh terkait literasi finansial dan cara memandang uang dalam kehidupan. Akan tetapi, membuat keduanya merasakan secara langsung rasa kehidupan’. Pada suatu waktu, Rich Dad melatih mereka terkait emosi dasar manusia ketika berhadapan dengan uan, yakni sebuah ketakutan dan bentuk serakah. Ketakutan akan melahirkan manusia bekerja sebab khawatir atau takut tidak mempunyai uang. Lalu, sesudah memperoleh uang, timbulnya perasaan serakah. Dari situ, manusia mulai membeli berbagai barang baru hingga akhirnya akan terperangkap dalam utang. Dalam hal ini disebut sebagai Rat Race. Mereka yang hendak menjadi orang kaya perlu menggunakan dan mengasah pola pikirnya untuk dapat mengendalikan kedua emosi tersebut. 2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan Di buku ini diberikan penjelasan terkait perbedaan antara liabilitas dan aset. Adapun contoh dari liabilitas, seperti pinjaman konsumsi, hipotek, tagihan debit card, dan lainnya. Sementara contoh dari aset, yaitu real estate yang disewakan, obligasi, berbagai buku, saham, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pada buku ini dijelaskan pula, Robert mengajarkan terkait manajemen keuangan arus kas yang baik, seperti mengalokasikan penghasilan ke dalam aset. Second Chance Buku ini menjelaskan bagaimana Robert bisa memprediksi masa depan dengan tepat. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah bagaimana Anda bisa menjadi pemenang, bukan pecundang–dengan mengendalikan masa depan finansial Anda. 3. Belajar mengenai Literasi Finansial Robert menuangkan cerita mengenai beberapa orang kaya pada masanya yang bekerja memilukan, di antaranya terdapat direktur, CEO, spekulan pasar saham, dan sebagainya. Mereka merupakan beberapa orang yang mempunyai penghasilan yang terbilang luar biasa, tetapi sayangnya berakhir dengan sebuah utang, kecanduan dengan obat-obatan terlarang, bahkan ada pula yang bunuh diri. Sebenarnya, kita tentu kerap kali melihat beberapa artis atau public figure yang kaya, kemudian justru berakhir dengan tragis sebab boros pada keuangannya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal itu karena mereka tidak mempunyai literasi finansial yang cukup baik. Literasi finansial merupakan sebuah pilar atau fondasi. Orang yang mempunyai banyak uang tanpa memahami literasi finansial secara mendalam dan kuat, akan bernasib layaknya sebuah gedung bertingkat tanpa adanya fondasi mendalam–akan hancur. Apabila kalian menginginkan menjadi seorang yang kaya, hal tepat yang dapat dilakukan, yaitu membuat sebuah fondasi mendalam. Rich Dad memaparkan mengenai prinsip sederhana untuk menjadi seseorang yang kaya, yakni mampu membedakan antara aset dan beban. Simpelnya, aset merupakan sesuatu yang memanifestasikan uang, sementara beban merupakan hal yang membutuhkan pengeluaran. Orang kaya akan membeli aset, sementara orang miskin hanya mempunyai beban pengeluaran, dan orang kelas menengah akan membeli beban yang disangkanya adalah sebuah aset. Menurut Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban, sementara bagi Poor Dad, rumah merupakan aset yang berharga. Walaupun harga rumah akan terus naik, tetapi rumah memerlukan tidak sedikit dana pengeluaran, seperti untuk pajak, perawatannya, dan lainnya. Oleh sebab itu, bagi Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban. Adapun aset merupakan sesuatu yang membuahkan uang tanpa membutuhkan pengeluaran secara berkala. Contohnya, bisnis yang berjalan sendiri, obligasi, saham, dan sebagainya. Setelah mampu membedakan antara aset dan beban, ada empat hal yang perlu dipahami supaya kecerdasan finansial berkembang, di antaranya ada akuntansi, pasar, investasi, dan hukum. 4. Cerdas dalam Menilik Peluang Beberapa orang tentu mengikut pemecahan persoalan kuno, yaitu kerja keras, meminjamkan uang, dan menabung. Di zaman yang pesat ini, penyelesaian seperti itu tampak tidak relevan lagi. Dalam hal ini, diperlukan peningkatan akan pengetahuan finansial sehingga dapat menilik beberapa peluang dan membuat keberuntungan diri sendiri. Pada buku Rich Dad Poor Dad, Robert membagikan kisah pengalamannya dalam menghasilkan uang melalui bisnis properti. Ia membeli rumah dengan harga murah, kemudian kembali menjualnya dengan harga yang cenderung lebih tinggi hanya dalam beberapa bulan. Ia mengerjakannya dikarenakan melihat peluang ketika krisis ekonomi. Tidak hanya bisnis properti, adapun contoh investasi pada sebuah perusahaan kecil yang diatur dengan baik sehingga menjadi perusahaan yang dikenal dan harga sahamnya pun naik drastis. Bagi sebagian orang yang mempunyai level kecerdasan finansial tinggi, akibatnya ialah bentuk dari ketidaktahuan akan suatu hal itu bekerja dan memanifestasikan uang. Dalam buku ini, apabila kita mampu memahami cara kerja pasar dalam menciptakan uang, risikonya pun akan semakin kecil. Robert pun memaparkan cara alami manusia dalam belajar, yakni dari sebuah kegagalan dan bangkit dari kegagalan itu. Apabila kita terus-menerus mengalami hal demikian, justru akan semakin terasah. Tidak sedikit orang yang merasa khawatir ketika mengalami sebuah kegagalan hingga akhirnya tidak memiliki keberanian dalam mencobanya. “Kegagalan menginspirasi kemenangan dan kegagalan mengalahkan pecundang.” 5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Pengetahuan merupakan kekuatan. Orang bisnis memiliki pengetahuan mengenai hukum perpajakan dan korporasi. Mereka melaksanakan pajak secara legal. Dengan demikian, mereka yang melancarkan bisnis condong membayar pajak lebih sedikit apabila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja di suatu tempat. 6. Orang Kaya Menghasilkan Uang Orang kaya meluangkan waktunya untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan finansial mereka, sementara orang miskin dan menengah condong bekerja keras yang kelak mereka hendak membayar pajak lebih besar atau tinggi. Orang kaya mampu menghasilkan uang dengan cara menciptakan sebuah bisnis atau membeli aset yang nantinya hendak memberikan penghasilan stagnan. Hal tersebut yang tidak dilakukan oleh orang miskin dan menengah. 7. Bekerja untuk Belajar Orang kaya bekerja untuk belajar mengenai sistem perusahaan tersebut. Fokus utama untuk bekerja ialah ilmu yang didapatkan, kemudian direalisasikan untuk bisnisnya mendatang. Dengan pemikiran yang sedemikian ini, orang kaya akan berkembang menjadi seseorang yang lebih kaya lagi. 8. Belajar mengenai Marketing Di sebuah kesempatan, ada seorang penulis hebat yang mewawancarai Robert. Kemudian, penulis itu bertanya, bagaimana caranya agar Robert dapat menjual buku Rich Dad Poor Dad dengan sangat laris? Dari situ, Robert memberikan saran pada sang penulis itu untuk belajar mengenai pemasaran atau marketing. Akan tetapi, penulis tersebut justru merasa tersinggung dengan perkataan Robert. Penulis itu merasa bahwa tidak ada gunanya mempelajari pemasaran seperti itu yang mana kegiatan tersebut terkesan jauh dari kegiatan intelektual. Akan tetapi, buku yang terkenal diberikan label “Best-Selling Author” bukan “Best-Writing Author”. Dengan kata lain, tidak adanya membuat sebuah karya yang bisa dikatakan sempurna dan luar biasa apabila tidak ada seorangpun yang membaca karya tersebut. Robert dalam bukunya ini mengatakan bahwa tidak sedikit orang berbakat, tetapi diberikan upah dengan rendah sebab tidak mampu memasarkan bakat mereka. Tidak ada yang tahu mengenai bakat atau talenta mereka sehingga semua orang hanya berpaku di situ. Why the Rich are Getting Richer Sekitar 20 tahun lalu, Robert Kiyosaki menulis Rich Dad Poor Dad, buku pengelolaan keuangan pribadi nomor 1 sepanjang sejarah. Buku ini menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dengan perspektifnya tentang uang dan investasi yang kerap bertentangan dengan pendapat umum, Robert mendapatkan reputasi internasional karena berbicara secara blak-blakan dan berani, serta menjadi penasihat tentang pendidikan keuangan yang sangat berdedikasi dan lantang menyampaikan pendapat. Makna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor Dad Dalam buku ini, Robert Kiyosaki mengajarkan kepada pembacanya untuk melatih anak cucunya kelak, bahkan untuk dirinya sendiri agar cerdas dalam mengelola persoalan finansial. Kemudian, Robert juga menggarisbawahi bahwa orang kaya tidak bekerja hanya untuk uang, melainkan uang yang akan bekerja untuknya. Kerap kali kita sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kebutuhan yang tidak ada batasnya ini, memilih untuk membatasi kecakapan otak dalam berpikir. Hal yang dilakukan oleh manusia itu justru memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak, bukan memikirkan bagaimana agar memiliki banyak uang yang mampu bekerja untuk diri ini masing-masing. Dengan kondisi secara umum yang semakin tak menentu, memang sudah sewajarnya untuk peka akan finansial. Sebenarnya, bukan hanya peka, melainkan mampu memahami pokok-pokok dan membedakan antara aset dengan liabilitas. Dalam hal tersebut, Robert memaknai aset sebagai hal yang memasukkan uang ke dalam kantong. Intinya, aset bukanlah sekadar harta atau berbagai barang berharga. Akan tetapi, bagaimana hal tersebut mampu memberikan tambahan pemasukan untuk dirinya. Lalu, liabilitas kebalikan dari aset, yaitu sebagai hal yang mengeluarkan uang dari kantong atau saku. Barangkali penjelasan tersebut lebih terkesan sederhana sehingga mudah dipahami dengan baik. Bila dibandingkan dengan pengertian atau hakikat aset liabilitas yang pernah kalian baca melalui berbagai buku akuntansi. Selain itu, Robert Kiyosaki melalui bukunya ini pun mengajak pembacanya untuk mencoba berbisnis atau usaha sendiri. Setelah itu, usaha ataupun bisnis yang dibuatnya itu perlu dijalankan dengan ikhlas dan sepenuh hati, jangan hanya dijadikan sebagai usaha sampingan. Ia menyarankan pula para pembacanya untuk mencoba memulai sebuah investasi. Menariknya, Robert memberikan sebuah motivasi pada para pembacanya dengan sangat bebas, ia tidak memaksakan harus sesuai pilihannya. Kemudian, secara tidak langsung, Robert mendorong pembacanya agar berpikir dan berinvestasi yang sekiranya tepat dan pas untuk dikerjakan. Saran yang diberikan oleh Robert, yaitu pilihlah investasi sesuai dengan ranah yang kita sukai. Misalnya, apabila seseorang gemar menulis, orang tersebut dapat menginvestasikan kegemarannya itu ke bidang perbukuan atau kepenulisan. Dalam hal itu, tidak melulu investasi keuangan, tetapi ilmu dan pengetahuan pula. Itulah Resensi Buku Rich Dad Poor Dad. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari buku sebagai referensi bacaan, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu. Penulis Tasya Talitha Nur Aurellia Sumber dari berbagai sumber Rich Dad’s Cashflow Quadrant Best seller ini akan memperlihatkan mengapa beberapa orang bekerja lebih sedikit, tetapi menghasilkan lebih banyak dan lebih aman secara finansial daripada orang lain. Ini hanya masalah mengetahui dari kuadran mana Anda harus bekerja dan kapan. Apakah Anda masuk kuadran employee pegawai, self-employed pekerja lepas, business owner pemilik usaha, atau sebagai investor. Buku ini akan memberikan peta jalan menuju keberhasilan dan kebebasan finansial. Robert T. Kiyosaki. Penulis Buku Laris The New York. Times #1, Rich Dad Poor Dad &. Seri Buku Rich Dad mendapat inspirasi dan pemikiran Syekh al- Ghazali di buku ini. berbau terjemahan, buku ini begitu terasa unsur lokal- karya sufistik, Syekh Abdul Qadir al- Jailani memaparkan jalan ruhani ini secara lebih gamblang dan . Sirrul Asrar. Judul Rich Dad, Poor Dad – Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang – yang Tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah! Penulis Robert Kiyosaki Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Selain dikenal sebagai investor dan motivator, Robert Kiyosaki ternyata merupakan seorang penulis handal salah satunya buku yang berjudul Rich Dad, Poor Dad yang membawanya terkenal hingga saat ini. Buku ini menceritakan mengenai perbedaan pembelajaran yang diberikan oleh 2 sosok ayah, dimana ada ayah kaya dan ayah miskin. Ayah kaya yang merupakan ayah dari sahabat Robert, dan ayah miskin merupakan ayah kandung Robert sendiri. Penulis di sini mencoba memberikan perbandingan pola pikir ke dua ayah tersebut. Kemampuan melihat peluang Hal ini diterapkan Robert ketika umur 9 tahun di mana ia memulai bisnis pertamanya mencetak uang koin dengan menggunakan timah bersama teman-temannya. Meskipun bisnis tersebut hanya bertahan beberapa jam karena dilarang orang tuanya karena dianggap perbuatan illegal. Namun setidaknya Robert mampu melihat dan mengeksekusi peluang sejak dini. Belajar mengenai melek finansial Buku ini mendalami pentingnya untuk melek finansial. Bagaimana bisa mengajak dalam melihat kondisi keuangan dalam jangka panjang. Dirimu dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki pemahaman finansial, jika sudah bisa membaca terkait laporan keuangan, dan sudah paham mengenai perbedaan asset dan kewajiban. Di buku tersebut Robert mengutarakan bahwa “kebanyakan orang tidak dapat menyadari bahwa yang penting dalam hidup bukanlah banyak uang yang dihasilkan melainkan berapa banyak uang yang disimpan”. Selain itu, penulis juga mengajak pembaca untuk memahami perbedaan antara asset dan liabilitas. Disini penulis mencoba menjelaskan alasan logis mengapa melek keuangan itu penting. Karena memang dengan begitu akan mempengaruhi pertimbangan kita dalam menentukan arus kas. Kalian tidak harus menjadi akuntan untuk bisa memahami pola pikir seperti itu, karena tiap orang pasti dapat dengan mudah menerapkan jika mau belajar mengenai finansial. Terhindar dari Rat Race Ratrace merupakan gambaran dari seseorang yang bekerja keras namun hasilnya tidak maksimal/memuaskan. Kondisi seperti ini yang harus di hindari oleh setiap manusia, yang kadangkala secara tidak sadar berada pada rat race. Untuk menganalisisnya dengan melakukan analisi cashflow, misal kemana larinya uang yang dimiliki. Sebaiknya kita menggunakan penghasilan ke asset yang akan menambah income real estate, saham, reksadana, usaha dll Jelasnya untuk perbedaan pola pikir ke dua ayah Robert tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Ayah MiskinAyah KayaMengalami masalah finansial di akhir orang terkaya di Hawai dan meninggalkan banyak dari ayah miskin adalah belajarlah yang pandai sehingga mampu bekerja pada perusahaan yang besar sehingga mendapatkan gaji yang tinggiPemikiran ayah kaya adalah sekolah yang pandai agar dapat membangun perusahaan dan memiliki karyawan yang pandai dan untuk untuk saat kondisi sulit Saya tidak mampu saat kondisi sulit Bagaimana saya mampu mencapainya?Bekerjalah untuk yang harusnya bekerja untuk kita. Dari beberapa perspektif yang berbeda tersebut dapat diambil pelajaran dalam beberapa poin Orang miskin dan mencengah bekerja untuk kaya mempunyai uang yang bekerja untuk berbisnis dari dari RatRace. Post Views 426
  1. ÔžŐŸĐŸÖ†Î±ÏˆĐ° ДсĐșĐŸŐ©Î”ĐŽŃ€áŒœá‰±
  2. ÎŸĐ¶Ő„áˆźĐ°ĐŽĐ°Đș ŐŻĐžÏ„ŐžÖ‚Î» áĐ”Îș
  3. Đ•ÏŐžÖ‚ĐŽÖ…ŐŒÎż áŠ‚Đ±Đ°Ï‚ĐŸÏ
  4. ιሌŐČуΎ ካаг цξማоáŠčŐšÏ
Inthe 20th Anniversary Edition of this classic, Robert offers an update on what we've seen over the past 20 years related to money, investing, and the global economy. Sidebars throughout the book will take readers "fast forward" — from 1997 to today — as Robert assesses how the principles taught by his rich dad have stood the test of

Book Review "Rich Dad Poor Dad" by Robert T. Kiyosaki. Synopsis "Rich Dad Poor Dad" is a groundbreaking financial education book that challenges conventional wisdom and provides readers with valuable insights into the world of money and wealth. Co-authored by Robert T. Kiyosaki, along with Tim Wheeler and others, the book presents a unique narrative-driven approach to financial literacy, empowering readers to take control of their financial The central theme of "Rich Dad Poor Dad" revolves around the stark contrast between Kiyosaki's two father figures his biological father, referred to as the "poor dad," and his best friend's father, known as the "rich dad." Through engaging personal stories and anecdotes, Kiyosaki explores the differing mindsets and financial teachings he received from these two book explores key topics such as the importance of financial education, the difference between assets and liabilities, the concept of cash flow, the power of passive income, and the mindset required for financial success. By examining the principles and strategies espoused by his rich dad, Kiyosaki highlights the essential skills and knowledge necessary to achieve financial Audience Will Learn "Rich Dad Poor Dad" is an invaluable resource for readers of all backgrounds who want to enhance their financial literacy and build a solid foundation for wealth creation. The book offers practical insights and actionable advice that can be applied by individuals at any stage of their financial will learn to develop a mindset that embraces financial intelligence, enabling them to make informed decisions about money. They will gain an understanding of the difference between assets and liabilities, learning to focus on acquiring income-generating assets while minimizing liabilities. The book also emphasizes the importance of financial independence through the generation of passive income, allowing individuals to achieve greater freedom and flexibility in their "Rich Dad Poor Dad" highlights the significance of financial education and self-empowerment. Readers will be encouraged to take control of their financial destinies, learn from their mistakes, and persist in their pursuit of wealth and Should Read ItThis book is suitable for a wide range of readers, including students, young professionals, aspiring entrepreneurs, and anyone seeking to improve their financial literacy. It is especially beneficial for individuals who feel trapped by the limitations of traditional financial thinking and want to explore alternative strategies for building wealth."Rich Dad Poor Dad" is written in a conversational and accessible style, making it easily understandable for readers with little to no prior knowledge of finance. The concepts presented in the book are explained in simple terms, ensuring that readers can grasp the core principles and apply them in their day-to-day reading "Rich Dad Poor Dad" and implementing the knowledge gained, readers can transform their financial outlook. They will gain the confidence to make informed financial decisions, build a solid financial foundation, and ultimately achieve their goals of financial independence and long-term wealth creation.

richdad poor dad pdf bahasa indonesia. Sunday, May 29, 2022. How Is L So Rich. Rich Dad Poor Dad Review Revisited 20 Years Later. Why A Students Work For C Students Pdf Summary Robert Kiyosaki. Rich Dad Poor Dad Summary In Telugu By Telugu Infinity Youtube Rich Dad Rich Dad Poor Dad Rich Dad Poor Dad Book. Rich Dad Poor Dad Bahasa Indonesia Rich Dad Poor Dad adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali atas masa depan keuangan mereka. Judul Rich Dad Poor Dad Apa Yang Diajarkan Orang Kaya Pada Anak-anak Mereka Tentang Uang – Yang Tidak Diajarkan Oleh Orang Miskin Dan Kelas Menengah Penulis Robert Kiyosaki Genre Bisnis/Manajemen Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit 2016 edisi kedua Jumlah halaman 208 Bahasa Bahasa Indonesia Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka.”Robert Kiyosaki Apakah pernah terpikirkan oleh Anda mengapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin? Meskipun ada berbagai faktor, ada satu hal cukup penting yang sangat memengaruhinya. Apa itu? Pendidikan tentang uang. Yang saya maksud pendidikan tentang uang bukanlah sekadar mengetahui nominal dari sebuah uang dan apa yang bisa kita beli dengan uang tersebut, melainkan mengenai bagaimana caranya uang yang bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuk uang. Demi menghindari kehidupan yang memaksa kita menghabiskan seluruh waktu yang kita miliki untuk bekerja demi mendapatkan uang. Dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki menceritakan bagaimana pendidikan tentang uang bisa membuatnya kaya dan mengeluarkan lebih sedikit tenaga dan juga waktu. Awal mula saya bertemu dengan buku ini Bolak-balik toko buku baik luring maupun daring sudah tidak asing dengan sampulnya, dengan tulisan besar “RICH DAD POOR DAD” dan foto close up wajah si penulis membuat saya cukup mudah mengingatnya. Apalagi dengan banyaknya orang yang merekomendasikan buku ini dan banyaknya versi KW-nya yang cukup mengindikasikan jika buku ini adalah buku yang bagus membuat saya tertarik untuk membacanya. Apalagi topik buku ini tentang sebuah hal yang memang sedang saya ingin pelajari, yaitu finansial. Apa sebenarnya isi Rich Dad Poor Dad? Rich Dad Poor Dad adalah sebuah buku yang berisi tentang pengetahuan mengenai uang. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, pengetahuan tentang uang yang saya maksud di sini adalah mengenai bagaimana agar kita bisa terbebas dari yang istilahnya “balap tikus”, bekerja untuk uang dan menghabiskan sisa waktu yang kita miliki untuk bekerja. Lalu kenapa judulnya Rich Dad Poor Dad? Robert Kiyosaki sendiri menceritakan bagaimana ia dibesarkan oleh dua orang ayah. Yang pertama adalah ayah kandungnya sendiri, seorang berpendidikan tinggi dan pegawai biasa tapi memiliki pola pikir konvensional. Kemudian ayah kedua adalah ayah dari temannya, walaupun berpendidikan rendah, ia adalah seorang pebisnis dan investor yang mengajarkannya pengetahuan tantang uang. Inti dari buku ini adalah membandingkan bagaimana seseorang bisa kaya dalam artian bebas finansial, sementara di sisi lain ada orang-orang yang bekerja setiap saat tapi terus menerus merasa kurang. Terdiri dari sembilan bab, Robert Kiyosaki membagi buku ini menjadi beberapa pelajaran inti yang bisa kita pelajari agar bisa terbebas dari “balap tikus.” BAB I. Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang “Mereka minta pekerjaan dan gaji, tapi tidak pernah meminta saya mengajari mereka tentang uang. Jadi, kebanyakan dari mereka menghabiskan tahun-tahun terbaik hidup mereka bekerja demi uang, tanpa benar-benar mengerti untuk apa mereka bekerja.”Hal. 25 Di bab pertama ini Robert Kiyosaki menceritakan awal mula bagaimana ia di usia 10 tahun bertemu dengan ayah temannya yang ia sebut “ayah kaya” dan mulai belajar darinya. Cara bagaimana ayah kaya membuat Robert Kiyosaki berpikir dan sadar tentang konsep dasar pengetahuan uang bisa saya sebut cukup ekstrem. Awalnya dengan membuatnya bekerja di salah satu toko kelontong milik ayah kaya dengan upah yang sangat sedikit, bahkan ketika ia meminta kenaikan upah, ayah kaya malah membuatnya bekerja tanpa gaji. Pelajaran pertama yang ayah kaya berikan adalah tentang bagaimana kebanyakan orang bekerja tetapi tidak kunjung bebas secara finansial. Mereka bekerja sepanjang hidupnya untuk memenuhi keinginan dan ketakutan tidak bisa membayar cicilan. Ketika Robert Kecil sadar, dia tidak ingin menjalani hidupnya seperti itu, dan membuatnya memutar otaknya, mencari jalan bagaimana agar uang bekerja untuknya, bukan dia yang bekerja untuk uang. “Kalau kau berpikir sayalah masalahnya, kau harus mengubah saya. Kalau kau sadar bahwa kaulah masalahnya, kau bisa mengubah diri, belajar sesuatu, dan menjadi lebih bijak. Kebanyakan orang ingin orang lain di dunia berubah, tapi diri mereka tidak.”Hal. 25 BAB II. Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Bab kedua berisi mengenai bagaimana pola yang menyebabkan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Robert Kiyosaki menjelaskan bagaimana cash flow atau arus kas seseorang bisa menggambarkan seseorang susah kaya karena ia tidak menggunakan pendapatannya untuk membangun aset. Orang yang tidak kaya menggunakan seluruh uangnya untuk membayar cicilan dan pengeluaran konsumtif, jadi ia hanya memiliki satu sumber pendapatan yang bernama gaji. Ketika kita hanya bergantung pada satu sumber pendapatan, otomatis kita terpaksa untuk terus bekerja untuk membayar cicilan. Di bab ini juga Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa rumah yang kita tinggali bukanlah aset, melainkan liabilitas. Kenapa? Karena rumah tidak mendatangkan pendapatan, malah membuat kita mengeluarkan uang seperti untuk listrik, air, dan perawatan. Rumah akan menjadi aset jika rumah atau properti tersebut disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Hal. 58 Hal. 59 Hal. 60 “Kemakmuran adalah kemampuan seseorang untuk bertahan melewati begitu banyak hari di depan, atau kalau saya berhenti bekerja hari ini, berapa lama saya bisa bertahan hidup?”Hal. 78 BAB III. Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Apa yang Robert Kiyosaki sampaikan di bagian ini adalah mengenai bagaimana menuju kebebasan finansial dengan fokus memperbanyak aset, salah satunya adalah bisnis. Kenapa bisnis masuk ke kolom aset dan bukannya kolom penghasilan? Karena yang Robert Kiyosaki maksud dengan bisnis di sini adalah sebuah hal yang tidak mengharuskan kehadiran kita. Ketika kita meluangkan waktu terlalu banyak untuk mengurusi bisnis, maka bisnis tersebut tidak lagi menjadi aset, melainkan menjadi pekerjaan kita. Kemudian yang Robert Kiyosaki maksud dengan “uruslah bisnis Anda sendiri” adalah kita sering kali terlalu fokus pada pekerjaan kita tanpa sempat untuk memulai bisnis sendiri. Penekanan yang Robert Kiyosaki sampaikan adalah membangun dan menjaga kolom aset tetap kukuh. “Kesalahan dalam menjadi apa yang Anda pelajari adalah terlalu banyak orang yang lupa memikirkan bisnis mereka sendiri. Mereka menghabiskan hidup untuk mengurusi bisnis orang lain dan membuat orang itu kaya.”Hal. 83 BAB IV. Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Di bagian ini Robert Kiyosaki menjelaskan tentang pentingnya sebuah korporasi, salah satunya agar kita tidak harus membayar pajak yang tinggi, tidak seperti sebagai individu. Intinya di bab empat ini Robert Kiyosaki menerangkan manfaat-manfaat yang bisa kita dapat jika memiliki kecerdasan keuangan atau IQ keuangan. IQ keuangan terdiri dari pemahaman mengenai pengetahuan tentang empat bidang keahlian yang luas. Keempat hal ini wajib kita pahami jika tujuan utamanya adalah menuju kebebasan finansial, di antaranya adalah 1. Akuntansi Akuntansi adalah melek keuangan atau kemampuan membaca angka. Ini keterampilan yang penting kalau kita ingin membangun kerajaan bisnis. Semakin banyak uang yang menjadi tanggung jawab kita, semakin besar akurasi yang kita butuhkan. Ini adalah sisi otak bagian kiri, atau detail. Melek keuangan adalah kemampuan membaca dan memahami laporan keuangan yang memungkinkan kita mengenali kekuatan dan kelemahan bisnis apa pun. 2. Investasi Investasi adalah ilmu pengetahuan tentang “uang yang mengenhasilkan uang.” Ini mencakup strategi dan formula yang digunakan oleh sisi otak kanan yang kreatif. 3. Memahami Pasar Memahami pasar adalah ilmu pengetahuan tentang penawaran dan permintaan. Kita perlu mengetahui aspek teknis pasar, yang didorong oleh emosi, selain aspek fundamental dan ekonomis dari investasi. Apakah suatu investasi masuk akal atau tidak masuk akal berdasarkan kondisi pasar saat ini? 4. Hukum Korporasi yang dilengkapi dengan keterampilan teknis akuntansi, investasi, dan pasar bisa berkontribusi pada pertumbuhan yang luar biasa. Orang yang memahami keuntungan dan perlindungan pajak yang disediakan oleh korporasi bisa menjadi kaya dengan jauh lebih cepat daripada orang yang hanya merupakan karyawan atau pemilik tunggal sebuah bisnis kecil. Ini seperti perbedaan antara orang yang berjalan dan yang terbang. Perbedaan itu sangat besar bila menyangkut kekayaan jangka panjang. “Pengetahuan adalah kekuatan. Dengan uang, datanglah kekuatan yang lebih besar yang menuntut pengetahuan yang benar untuk menjaga dan melipatgandakannya. Tanpa pengetahuan itu, dunia mempermainkan Anda.”Hal. 95 BAB V. Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Robert Kiyosaki menceritakan bahwa waktu adalah salah satu aset terbesar kita, jadi daripada menabung dalam waktu yang lama, ia menyarankan untuk menginvestasikan uang kita menjadi aset yang bisa mendatangkan kekayaan lebih cepat. Inti yang saya tangkap dalam bagian ini adalah bagaimana kita memutarkan berulang kali keuntungan dengan mengoptimalkan kemampuan kecerdasan IQ tadi, yang meliputi pemahaman mengenai akuntansi, investasi, pasar, dan hukum. Beberapa pelajaran penting yang saya tangkap Cari peluang yang banyak orang banyak cara lain mendapatkan modal selain mendatangi bank atau meminjam ke orang lain. Jadi kita harus selalu memutar otak ketika berhadapan pada sebuah kemampuan kita terbatas pada hal-hal tertentu, kelola orang-orang yang memang ahli pada bidang-bidang tersebut. “Selalu ada risiko, jadi belajarlah mengelola risiko daripada menghindarinya.”Hal. 127 BAB VI. Pelajaran Enam Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang Salah satu contoh pada bagian ini adalah kebanyakan orang yang ahli membuat resep makanan enak kurang mampu mengembangkan bisnis mereka. Kenapa? Karena mereka terlalu fokus pada satu hal, yaitu membuat resep. Mereka melewatkan dan tidak begitu mempelajari hal penting lainnya untuk mengembangkan sebuah bisnis. Jadi ayah kaya menyarankan Robert Kiyosaki untuk ingin tahu sedikit tentang banyak hal. Saran tersebut ia ikuti, jadi ketika masih bekerja untuk orang lain, ia sempat beberapa kali merubah profesinya agar dapat mempelajari hal-hal yang dia anggap penting untuk membangun bisnisnya sendiri. “Saya menyarankan mereka mengambil pandangan yang lebih jauh tentang hidup mereka. Alih-alih bekerja untuk uang dan pekerjaan yang terjamin, yang saya akui penting, saya menyarankan mereka mengambil pekerjaan kedua yang akan mengajari keterampilan kedua.”Hal. 138 BAB VII. Mengatasi Rintangan Walaupun sudah melek keuangan, masih ada beberapa rintangan yang bisa membuat orang susah membangun aset dan kesulitan meningkatkan arus kas. Beberapanya adalah 1. Rasa Takut “Saya tidak pernah bertemu dengan orang yang sungguh-sungguh senang kehilangan uang. Dan sepanjang hidup saya, saya tidak pernah bertemu orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Namun, saya bertemu banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan satu sen pun dalam berinvestasi.”Hal. 145 Yang Robert Kiyosaki tekankan adalah bagaimana caranya agar kita mampu mengatasi kegagalan, itu yang membuat perbedaan pada hidup kita. Jika selalu takut mengambil risiko dan main aman, kita tidak akan pernah gagal dan tidak akan pernah belajar. 2. Sinisme “Sering kali dibutuhkan keberanian besar untuk tidak membiarkan rumor dan ramalan tentang kegelapan serta malapetaka memengaruhi keraguan dan ketakutan kita. Namun, investor yang cerdas tahu bahwa masa yang sepertinya buruk sebenarnya merupakan saat terbaik untuk menghasilkan uang.”Hal. 153 Tidak beda jauh dengan mengatasi rasa takut, sinisme adalah sifat yang bisa mudah kita temui pada orang yang sulit berkembang. Ia akan selalu mencari alasan daripada mencari jalan keluar dengan menganalisis berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Di situlah kita bisa menemukan peluang, jika tidak bersifat sinis. 3. Kemasalan “Orang sibuk sering kali adalah orang yang paling malas. Mereka sibuk, dan mereka tetap sibuk karena itu cara untuk menghindari sesuatu yang tidak ingin mereka hadapi.”Hal. 158 Mungkin ketamakan biasa identik dengan hal yang negatif ya, tapi terkadang hal itu bisa menjadi salah satu cara kita untuk mengatasi kemalasan. Kok bisa? Yang ayah kaya katakan kepada Robert Kiyosaki adalah melarang kata-kata seperti “Saya tak mampu membelinya.” Dan menggantinya dengan “Bagaimana saya bisa membelinya.” Hasrat atau keinginan akan sesuatu bisa membuat kita mencari berbagai cara untuk mendapatkannya, dari situlah kita bisa melatih kemampuan berpikir dan mencari jalan keluar. 4. Kebiasaan Buruk “Hidup kita lebih merupakan cerminan kebiasaan kita daripada pendidikan kita.”Hal. 161 Kebiasaan buruk menurut ayah kaya di sini ialah tentang bagaimana kebanyakan orang lebih dulu membayar pemerintah daripada membayar diri sendiri. Apa maksudnya? Kebiasaan orang kaya adalah memprioritaskan kolom aset, jadi hal pertama yang mereka lakukan ketika mendapat uang adalah langsung memutarkannnya kembali. Dan karena sudah memutarkan uang yang didapat sementara itu masih ada pajak yang harus dia bayar, mereka menjadikannya sebagai sebuah motivasi untuk memutar otak bagaimana cara membayar pajak tersebut, hal itu membuat mereka bekerja lebih keras, memaksa untuk berpikir, dan yang paling penting membuat lebih cerdik serta aktif dalam hal uang. 5. Kesombongan “Ketika Anda tahu bahwa Anda bodoh dalam suatu topik, mulailah didik diri Anda dengan mencari seorang ahli di bidang itu atau sebuah buku tentang topik itu.”Hal. 164 Ketika seseorang sombong, ia yakin bahwa apa yang tidak ia ketahui tidaklah penting. Dan ketika ia memiliki pemikiran seperti itu, kehilangan uang akan menyadarkannya. BAB VIII. Memulai “Kegeniusan kita tertidur karena kebudayaan kita telah mendidik kita untuk meyakini bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan. Hal itu mendorong kita untuk mempelajari suatu profesi agar kita bisa bekerja untuk memperoleh uang, tapi tak berhasil mengajari kita cara membuat uang bekerja untuk kita.”Hal. 165 Mendapatkan uang dari “pekerjaan” rasanya lebih mudah daripada harus pusing-pusing membangun aset, tapi kebanyakan orang menjadi tidak sadar bahwa hal tersebut bisa membuat mereka tak kunjung keluar dari siklus balap tikus. Selain itu potensi yang kita miliki jadi kurang bisa optimal karena jarang dilatih. Karena itu, Robert Kiyosaki menawarkan sepuluh langkah sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang kita miliki 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat Pertama, kita harus memiliki alasan. Apa pun itu, contohnya adalah berjuang demi diri sendiri ataupun orang yang kita cintai. Cintalah yang membuat kita mengatasi rintangan dan pengorbanan. “Tanpa alasan atau tujuan yang kuat, apa pun dalam hidup ini sulit.”Hal. 168 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan Robert Kiyosaki menjelaskan jika hal pertama yang seharusnya kita pilih adalah pendidikan, karena menurutnya satu-satunya set riil yang kita miliki adalah pikiran kita, alat paling kuat yang kita kuasai. Kemudian jika sudah memiliki pengetahuan cara untuk menjadi kaya, setiap hari pilihlah pilihan yang bisa membuat kita tetap berada di jalur tersebut. “Pilihan tentang apa yang kita lakukan dengan waktu kita, uang kita, dan apa yang kita masukkan ke kepala kita. Itulah kekuatan kita. Kita semua punya pilihan. Saya hanya memilih untuk menjadi kaya, dan saya membuat pilihan itu setiap hari.”Hal. 159 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, Robert Kiyosaki menekankan bahwa ia tidak mencari pergaulan dengan orang-orang kaya untuk mendapatkan uang mereka, melainkan untuk mendapatkan pengetahuannya. “Saya punya beberapa teman yang menghasilkan lebih dari satu miliar dollar dalam masa hidup mereka yang singkat. Tiga dari mereka mengatakan fenomena yang sama Teman-teman mereka yang tidak punya uang tidak pernah datang kepada mereka untuk bertanya bagaimana mereka mencapai kekayaan mereka itu. Namun, mereka mendatangi mereka dan menanyakan satu dua hal berikut, atau keduanya pinjaman, atau pekerjaan.”Hal. 172 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat Terkadang bukan tentang seberapa lama kita mempalajari sesuatu, melainkan terbuka terhadap hal-hal baru. “Di dunia saat ini yang berubah cepat, bukan lagi seberapa banyak banyak yang Anda ketahui yang penting, karena sering kali yang Anda ketahui itu sudah kuno. Yang penting adalah seberapa cepat Anda belajar.”Hal. 175 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa ada tiga keterampilan manajemen paling penting yang dibutuhkan untuk memulai bisnis sendiri arus kas, sumber daya manusia, dan waktu pribadi. Tidak hanya dalam bisnis, ketiga hal tersebut juga sangat penting diterapkan dalam berbagai hal baik lingkup individu, organisasi, hingga komunitas masyarakat. Kemudian yang dimaksud dengan “bayar diri Anda terlebih dahulu” sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, fokus pada kolom aset sebelum mengalokasikannya pada hal lain. Ada dua hal yang Robert Kiyosaki sarankan agar selalu diingat Jangan terjebak dalam utang besar yang harus dibayar. Jagalah pengeluaran tetap rendah. Bangunlah aset terlebih dahulu, baru setelah itu sedikit demi sedikit bisa mengalokasikan anggaran ke hal-hal kekurangan uang, biarkan tekanan terbentuk dan jangan memakai tabungan atau investasi. Gunakan tekanan itu untuk membuat pikiran kita memunculkan cara-cara baru untuk menghasilkan uang lebih banyak. Ketika sudah didapatkan, baru bayar apa yang perlu dibayar. “Orang kaya tahu tabungan hanya digunakan untuk menciptakan uang lebih banyak, bukan untuk membayar tagihan.”Hal. 180 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik Cari broker yang bidang bisnisnya berbeda dari kita. Kenapa? Karena sering kali broker yang bisnisnya sama dengan kita akan lebih mengutamakan bisnisnya sendiri. “Seperti saya katakana sebelumnya, salah satu keterampilan manajemen yang diperlukan adalah manajemen SDM. Banyak orang hanya mengelola orang yang mereka anggap lebih bodoh serta ada di bawah kekuasaan mereka. Banyak manajer madya tetap menjadi manajer madya, gagal dipromosikan, karena mereka tahu cara bekerja dengan orang-orang di bawah mereka, tapi tidak tahu cara bekerja dengan orang-orang di atas mereka. Keterampilan yang sebenarnya adalah mengelola dan mengganjar orang yang lebih pandai daripada Anda dalam sejumlah bidang teknis.”Hal. 183 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis Di dunia kolom aset, menjadi pemberi Indian mendapatkan kembali apa yang telah dikeluarkan sangatlah penting untuk kekayaan. Robert Kiyosaki memberi contoh ia membeli sebuah kondominium sitaan yang ia sewakan segera setelah ia beli. Ia melakukan perhitungan seberapa cepat ia bisa balik modal dari hasil menyewakan kondominium itu. Dalam tiga tahun uangnya sudah kembali, dan kondominium itu sekarang jadi aset yang terus mendatangkan keuntungan baginya. “Pertanyaan pertama seorang investor yang canggih adalah, “Seberapa cepat saya mendapatkan kembali uang saya?”Hal. 183 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus Robert Kiyosaki menceritakan kisah temannya yang hendak membelikan sebuah mobil kepada anaknya, tapi tidak jadi, dan memilih untuk memberikan uang untuk investasi saham, dan akhirnya anak itu berhasil mendapatkan keuntungan yang salah satunya bisa digunakan untuk membeli mobil. “Saat ini, terlalu sering kita lebih berfokus meminjam uang untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan, bukannya berfokus menciptakan uang.”Hal. 188 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos Ketika kecil Robert Kiyosaki menjadikan para pemain bisbol profesional sebagai pahlawannya. Beranjak dewasa ia beralih ke sosok seperti Donald Trump dan Warren Buffet. Ia meniru dan mempelajari bagaimana orang-orang seperti mereka menghasilkan uang. “Meniru atau berusaha menyamai pahlawan adalah kekuatan belajar yang sejati.”Hal. 188 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi Tidak banyak yang disampaikan di bagian ini, seperti pada umumnya, memberi adalah hal yang mulia yang bisa membawa kebaikan pada diri kita sendiri. “Anda hanya perlu bersikap murah hati dengan apa yang Anda miliki.”Hal. 191 BAB IX. Masih Ingin Lagi? Inilah Beberapa Hal Yang Harus Dilakukan Di bagian akhir, Robert Kiyosaki memberikan beberapa poin spesifik yang bisa kita lakukan, seperti ikuti kursus, melakukan evaluasi, belajar dari masa lalu, dll. Hanya seperti sebuah rangkuman dari beberapa bab-bab sebelumnya. Apa yang saya dapat dari buku ini Kemampuan story telling Robert Kiyosaki sangat bagus. Saya benar-benar bisa membayangkan apa saja yang ia lakukan dan pelajaran apa yang ia ambil dari hal-hal tersebut, khususnya pelajaran yang diberikan oleh ayah kaya. Tidak ada kata membosankan ketika membaca buku ini cukup menggambarkan alasan yang masuk akal kenapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin. Uang orang kaya diputarkan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, sementara itu uang orang miskin dihabiskan begitu saja dan membuat mereka harus bekerja lebih keras. Pendidikan tentang uang bisa merubah banyak kekuatan pajak dalam memengaruhi finansial seseorang. Tapi perlu dibandingkan dengan kondisi yang ada di Indonesia, karena pajak di US memang setinggi itu, baik pajak penghasilan dan kepemilikan barang/ saya sadar bahwa rutinitas harian saya sekarang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan bebas finansial saya nantinya. Harus mulai bertindak dari sekarang jika tidak ingin hidup hanya untuk bekerja demi mendapatkan jadi memiliki pemikiran jika MLM ternyata tidak seburuk itu, MLM melatih kemampuan menjual kita, yang di mana termasuk kemampuan komunikasi dan negosiasi, hal yang sangat penting dalam rangka membangun menggunakan akal untuk mengatasi masalah keuangan. Meminjam uang memanglah hal yang mudah, tapi itu seperti gali lubang tutup lubang kan? Ada banyak cara lain jika kita mau menyisihkan pikiran dan tenaga untuk melakukannya. Apa yang menurut saya bisa dikritisi Saya tahu buku ini mengajarkan pendidikan tentang uang, tapi ada lingkup lebih luas yang bisa dibahas, contohnya seperti perbedaan kelas. Karena ya tidak semua orang bisa memiliki akses ke sana. Maksudnya, saya cukup beruntung memiliki akses bisa membaca buku ini, lalu bagaimana dengan nasib orang-orang di luar sana yang demi mendapatkan pendidikan konvensional saja kesusahan?Menurut saya apa yang disampaikan pada buku ini lebih ditujukan bagi orang-orang yang hidup secara “normal.” Maksud saya, orang-orang yang belum memiliki ideologi tersendiri dalam menjalani kehidupan. Singkatnya buku ini mengajarkan kita menjadi pemenang dalam sistem banyak menggunakan contoh bisnis investasi properti. Ya saya tahu itu salah satu bisnis utama Robert Kiyosaki, tetapi secara tidak langsung bisa membuat para pembaca fokus dan ikut-ikutan menekuni bidang tersebut sebelum melihat peluang di bidang yang lain. Kesimpulan Pada akhirnya buku ini memang sangat recommended untuk dibaca oleh siapa saja, terlebih bagi orang-orang seperti saya yang sebelumnya kurang aware dengan pendidikan tentang uang. Namun perlu diingat apa isi buku ini tetap perlu disesuaikan juga dengan kondisi di Indonesia, apalagi kultur dan budaya yang cukup berbeda. Maksud saya, ada loh orang di sini yang di usia senjanya masih bekerja walaupun sudah berkecukupan. Kenapa? Karena hal itu yang membuat mereka merasa hidup. Jadi bekerja sampai tua tidak selalu buruk bagi semua orang, ada sudut pandang lain juga tentang hal itu. Namun tetap apa yang diajarkan oleh ayah kaya kepada Robert Kiyosaki perlu diajarkan kepada setiap orang. Agar kita bisa menjalani hidup yang berkesadaran, bukan menjalani hidup yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh para pemegang modal agar kita menjadi sapi perah yang bisa dengan mudahnya disedot hingga habis tak tersisa. Dari skor 1-5 saya memberi nilai pada buku ini. Worth it untuk dibaca. Link Pembelian Tokopedia Gramedia Baca juga REVIEW BUKU How to Win Friends and Influence People Dale Carnegie REVIEW BUKU The Power of Habit Charles Duhigg BukuRich Dad Poor Dad Edisi BM ni tentang ilmu kecerdasan kewangan. Rasionalnya, apabila kita hendak kaya dan berkecukupan orang kaya bertakwa kita perlu tahu tentang ilmu kewangan. Dalam buku ini ada 9 sembilan pelajaran. Pelajaran pertama: Berkerja atau berkuli bukan semata-mata untuk wang untuk gaji, tetapi untuk belajar bagaimana

Advertising Disclosure This article/post contains references to products or services from one or more of our advertisers or partners. We may receive compensation when you click on links to those products or services Since its debut in 1997, Robert T. Kiyosaki's Robert Kiyosaki's Rich Dad, Poor Dad has been a landmark among personal finance books, a best-seller that has sold nearly 40 million copies worldwide. I first read the book back in 2000, when I was still a budding entrepreneur. I figured I would re-read it now that I have more experience under my belt. I also wanted to see if it's held up to the test of time, and if I would like it as much as I did when I first read Rich Dad, Poor Dad. A lot has happened financially in the past 20 years, and I'm curious if some of Kyosaki's predictions came true. Our Rating - 8 8 While Robert Kiyosaki's bestseller is recommended reading for starting entrepreneurs, this book does have some flaws. You should read this book just to start thinking differently than the average employee, if not to get motivated. However, take Kiyosaki's advice with a grain of Rich Dad, Poor Dad When I first read the book, I primarily liked how Kiyosaki viewed the world from a different perspective. It got me to think differently about my business and investing than I had previously. Kiyosaki seems to be a polarizing figure You either love or hate his work. The Simple Dollar review of Kiyosaki's work, for example, adds a lot of personal bias, and I don't think that's fair. I try to take a more neutral viewpoint and will review the book based upon my experience in the business world. Rich Dad, Poor Dad should be viewed as a general starting point — an investment/startup summary, rather than a list of specific items to do as an entrepreneur. Robert Kiyosaki emphasizes six key points throughout the book. These points — which differentiate between his “poor” dad his real dad and the “rich” dad that helped him understand business and become wealthy — are The rich don’t work for money The importance of financial literacy Minding your own business Taxes and corporations The rich invent money The need to work to learn and not to work for money Good Points in the Book Flawed Educational System As Robert mentions many times in the book, our traditional educational system is flawed. Our education system is designed primarily to create employees and could be a negative influence for an entrepreneur. As Kiyosaki mentions, he's not suggesting that people skip higher education; he's suggesting higher education does not assist with “street smarts.” Financial literacy is something that is rarely discussed in school, and if it is discussed, it is only at basic levels. Based upon my personal background, I've made this a personal focus and will make sure my children are well educated in this subject. The cost of education continues to increase much faster than the rate of inflation. It's becoming more clear our education system is broken. Robert's statements about this topic are accurate. Being an Entrepreneur Is Less Risky The popular belief is that owning a business is riskier than working for someone else. In my opinion, owning a business gives you all sorts of self-reliance skills you would not get when working for someone else. If anything, with today's “cradle to grave” mentality, we are creating more dependent individuals. Owning a business has given me much more independence and many more invaluable skills I could still use if I were to work for someone else. On a weekly basis, I now do things I used to consider risky or could never imagine doing before owning a business. Your Primary Residence Is NOT an Asset Over the years it generally has been accepted that your primary residence is an asset. Robert flat-out states I believe correctly that your home is not an asset, since it does not generate positive cash flow. The housing bubble and collapse proved this correct. “Rich people acquire assets. The poor and middle class acquire liabilities, but they think they are assets.” While rental properties have also gone down in value, if you focus on positive cash flow, you still are bringing in money every month. Robert even states in his book that home values do not always go up. Pretty much all consumable goods are liabilities — something even I got tripped up with. Kiyosaki states you should buy investments that generate cash flow to help pay for your “doodads.” I think this is a great way to look at how to purchase your toys. What Is an Asset or Liability? “An asset is something that puts money in my pocket. A liability is something that takes money out of my pocket.” A load of Kiyosaki's critics point out that this statement doesn't follow general accounting standards. This is true, and Robert acknowledges this. The point, which many miss, is that you should be focusing on cash flow to get wealthy. “Wealth is a person’s ability to survive so many number of days forward
 or if I stopped working today, how long could I survive?” I still refer back to this statement today and have devoted a few posts to this topic Does Net Worth Matter? How to Become Wealthy Complaints About the Book There are many reports that Robert's “Rich Dad” does not exist and was made up. This is more than likely true, but there have been many personal finance books that are works of fiction. The book Wealthy Barber comes to mind. The issue some people have with Robert is that he presents his book as a work of non-fiction when it's not, and I agree with this complaint. I find it interesting that John Reed's website puts down Robert's work, but at the same time also sells Reed's own work. Robert does downplay the role of risk in the investment suggestions. This is somewhat accurate, but he suggests that you should fully understand your investments before diving in. Robert states that investing is risky only if you don't fully understand what you are investing in. Summary While I still recommend this book, especially for beginning entrepreneurs, the book has some flaws. In my opinion, many topics he discusses hold the test of time. But take some of what Robert Kiyosaki says with a grain of salt. It should be read, if not for the motivation, just to get you to think differently than a salaried employee. I don't love or hate it, hence the reason why I give this book 3 out of 5 stars. If you do decide to read Robert's books, I recommend reading only Rich Dad, Poor Dad and Rich Dad's Cashflow Quadrant. Most of the other books are simply a rehash of these two books. I DO NOT recommend attending any local seminars. I will keep his book on my list of best personal finance books for the primary reason to get you to think outside the box. Larry Ludwig was the founder and editor in chief of Investor Junkie. He graduated from Clemson University with a bachelor of science in computers and a minor in business. Back in the ’90s, I helped create some of the first financial websites for firms like Chase, T. Rowe Price, and ING Bank, and later went on to work for Nomura Securities. He’s had a passion for investing since he was 20 years old and has owned multiple businesses for over 20 years. He currently resides in Long Island, New York, with his wife and three children.

Karyakarya buku Robert T. Kiyosaki. Rich Dad, Poor Dad (Ayah Kaya, Ayah Miskin), adalah buku finansial yang banyak dihadapi orang - orang karena asuhan dan pengetahuan orang tuanya. Cashflow Quadrant: Rich Dad's Guide to Financial Freedom (2000), buku ini menjelaskan tentang keuangan pribadi dengan bahasan kuadran arus kas. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Rich Dad Poor Dad adalah buku populer yang ditulis oleh Robert Kiyosaki, buku ini merupakan salah satu buku manajemen keuangan terbaik sepanjang masa. Penulis adalah seorang keturunan Jepang yang telah berpindah kewarganegaraan ke Amerika Serikat dan merupakan seorang pengusaha, pendidik sekaligus investor yang percaya pada pandangan bahwa dunia akan lebih baik jika pengusaha menciptakan lapangan melihat judulnya yaitu, Rich Dad Poor Dad yang artinya "Rich Dad and Poor Dad", pilihan kata ini tajam sekaligus brilian. Penulis dengan mudah menarik minat dan rasa penasaran pembaca dengan diksi yang cukup menarik, dimana kedua hal tersebut ditujukan kepada Rich Dad yang merupakan ayah sahabatnya dan Poor Dad yang merupakan ayah buku tersebut, penulis mencoba membandingkan pola pikir tentang uang kedua bapak yang memiliki kondisi ekonomi yang berbeda, seperti yang tertulis dalam buku “Alih-alih menerima yang satu atau menolak yang lain, saya mendapati diri saya berpikir lebih jauh, membandingkan, lalu memilih sendiri. sendiri. Saya sendiri.” Penggunaan kata “kaya” dan “miskin” sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena dilihat dari kalimat selanjutnya penulis mengatakan “Masalahnya Ayah Kaya tidak benar-benar kaya dan Ayah Miskin tidak benar-benar miskin. karir dan keduanya memiliki perjuangan dalam hal uang dan keluarga Tapi mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang. Dari sini kita dapat menangkap sudut pandang penulis bahwa ayah kaya dan miskin saat ini bukan dari sudut pandang ekonomi, melainkan dari sudut pandang mereka masing-masing tentang uang. Ini akan menjadi pembeda dasar tentang uang untuk bagi mereka yang menganggap narasi itu sebagai omong kosong sejak awal, mereka akan berhenti membaca di sini. Bagian yang menarik di sini adalah bahwa meskipun mereka berdua bekerja untuk Ayah Kaya, di mana pada awalnya mereka hanya dibayar sepuluh sen per jam, mereka tidak dibayar sama sekali. Robert yang saat itu berusia 9 tahun menjadi sangat marah kepada Ayah Kaya karena merasa seharusnya Ayah Kaya menaikkan gaji mereka. Hingga suatu hari jawaban Ayah Kaya itu memberi pelajaran berharga bagi awal buku, penulis bercerita tentang Rich Dad yang mengajari sahabatnya dan secara langsung ia juga mendapat ilmu tentang uang. Alur cerita tentang bagaimana upaya ayah kaya untuk mendidik dia dan Mike tentang sifat uang yang tidak dapat diprediksi membuat saya penasaran dan terus membaca untuk mencari tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ada cerita yang cukup menggelitik, dimana mereka berdua bekerja untuk Rich Dad, yang awalnya hanya digaji sepuluh sen per jam, namun tidak digaji sama sekali. Robert yang saat itu berusia 9 tahun menjadi sangat marah kepada Ayah Kaya karena merasa seharusnya Ayah Kaya menaikkan gaji mereka. Hingga suatu hari jawaban Ayah Kaya itu memberi pelajaran berharga bagi Robert. Bagian ini menurut saya cukup membuat penasaran, namun saya merasa bagian ini akan membuat sebagian orang berhenti membaca, karena mereka akan menganggap narasinya hanya omong kosong belaka. Penulis mengatakan bahwa uang jarang dapat menyelesaikan masalah keuangan seseorang. Kecerdasanlah yang memecahkan masalah. Di sini Anda dapat melihat bahwa penulis sedang mencoba memilah gambaran logis tentang keuangan yang begitu penting. Sebab, kecerdasan finansiallah yang akan sangat mempengaruhi pertimbangan kita dalam menentukan arus kas. Seperti yang diilustrasikan diagram, inilah perbedaan mendasar antara si kaya dan si miskin dan kelas menengah. Salah satu contoh menarik dalam kehidupan sehari-hari yang ia kemukakan, yaitu “Banyak masalah keuangan yang besar disebabkan oleh orang yang berusaha mengimbangi tetangganya. Terkadang kita semua perlu bercermin dan jujur dengan kebijaksanaan batin kita daripada ketakutan kita."Di akhir buku, kalimat-kalimat yang ditulis oleh penulis terbilang unik, yang dibuka dengan kalimat “I want to share my last thinking with you”. Hal ini membuat bagian penutup buku ini seolah menjadi perpisahan bagi saya sebagai pembaca yang sudah membaca bagian buku ini selama ini. akhir. Alih-alih melanjutkan kalimat penutup, penulis memilih untuk membawa pembaca kembali ke alasan mengapa buku ini ada. 1 2 Lihat Book Selengkapnya ReviewBuku Rich Dad Poor Dad. Perniagaan Berkah Berlimpah Pahala. Related posts. 0. Memahami Pentingnya Karakter Disiplin pada Siswa Pengelola Guraru July 27, 2022. 0. Metode Pembelajaran 5.0 Mendukung Transformasi Digital Pengelola Guraru July 21, 2022. 0. Pemenang Hadiah Mingguan Bank Soal (28 Maret - 3 April) Silahkan Login untuk menulis review Masdaf 354 Rated it 2 years agosaya ambil kutipan "Hindari dan jauhi gaya hidup konsumtif", jika semua org tidak konsumtif dan gaya hidup minimalis, bagaimana nasib para pembisnis gadget,mobil,motor,jam tangan dll. ada yg bisa bantu meluruskan? haha Ilham Raspati 02 Jul 2020 Tenang kaka... hehe, bawaan alamiah manusia suka memiliki barang baru dan bagus, jadi tetap aja akan banyak yang suka belanja barang konsumtif. Jangan khawatirin para pebisnis... Kebalikan orang yg hidup konsumtif adalah orang yang sedang berinvestasi, ia akan tetap belanja tapi barang yang bernilai jangka panjang seperti properti, tanah, surat berharga, dll Angie Li 04 Jul 2020 Setuju sama ilham, gunakan uang untuk membeli barang yang produktif dan membutuhka, bukan barang konsumtif sekali habis dan karena keinginan Angie Li Rated it 2 years agoBuku ini sangat booming di awal tahun 2000an, idenya yang fresh dibandingkan buku financial yang ada saat itu yang membuat buku ini menarik perhatian banyak orang. Coba deh siapa aja yang belum pernah baca buku ini, sempetin beli atau pinjem buku ini, kita akan kebuka pikiran apa yang salah selama ini, kemudian kita diperkenalkan dengan konsep dasar keuangan seperti aset, utang, cash, dll. SHLUL.
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/266
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/218
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/632
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/828
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/702
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/292
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/10
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/806
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/656
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/791
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/461
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/58
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/420
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/616
  • 2u8qgj3swh.pages.dev/519
  • review buku rich dad poor dad